Satu moment yang paling
ditunggu bagi setiap muslim, termasuk oleh penulis. Yakni Ramadhan. Ditunggu bukan
karena kolaknya, bukan karena waktu tidur siang yang semakin panjang, bukan
pula karena THR atau baju beduk di akhir bulan, tapi entah kenapa ada kerinduan
yang menggebu tuk bertemu kembali dengannya. Dan itu hanya ditemui di bulan
Ramadhan. Alhamdulillah, puji syukur kepada yang Maha Kuasa atas anugerahnya,
hingga penulis kembali bertegur sapa dengan bulan seribu bulan ini. Thanks my
God, i love this month.
Ramadhan adalah anugerah.
Saat dimana Wahyu Ilahi pertama kali diturunkan, ada kebaikan dan kemuliaan lewat
Lailatul Qadr pada salah satu malam di sepuluh hari terakhir menjelang Idul
Fitri, dan berbagai peristiwa bersejarah lainnya yang juga terjadi pada bulan
ini. Kemenangan dalam perang Badar terjadi di bulan Ramadhan, keberhasilan
menguasai Makkah dan tentunya Proklamasi kemerdekaan negeri ini terjadi di
bulan Ramadhan. Itulah anugerah yang luar biasa. Saat ini Pintu-pintu Surga
dibuka lebar, sementara gerbang menuju neraka di blokir aksesnya. Pengharapan
kita dalam do’a yang diucap, lebih dekat kepada ijabah dari Tuhan. Dan yang
lebih menggiurkan, tentunya kekhilafan kita yang masuk dalam kategori Dosa,
Insya Allah di ampuni jikalau kita bertaubat dan memperbaiki diri pula. Tentunya
kebaikan demi kebaikan yang Tuhan hujamkan ke muka bumi ini, bukan hanya itu. Masih
seabreg lagi lho, sob!?
Namun hal diatas kontras
dengan kondisi kita pada umumnya, ramadhan adalah bulan pemalasan. Ya ramadhan
adalah suatu ujian, dikala kita harus menahan hawa nafsu, baik itu yang
sifatnya jasmani maupun rohani (seperti curhat plus menggunjing yang bisa membuat
lega pelakunya), kita harus tetap beraktivitas sebagaimana biasanya. Hal itu
bagi sebagian orang adalah kesulitan tersendiri. Perut yang kosong melompong,
memang menjadikan tubuh ini ikut lemas. Dan hasilnya kita mudah lelah ketika
bergiat dalam suatu hal. Bukan rahasia umum lagi jika produktivitas kerja
mengendur, semangat belajar lebur dan hasil karya kita menjadi hancur. Cuma gara-gara
perut kosong, alamak luar biasa bukan? Padahal Rasulullah pernah bersabda: “Seandainya
umatku mengetahui (semua) keistimewaan Ramadhan, niscaya mereka mengharap semua
bulan menjadi Ramadhan.” Sesuatu yang istimewa itu memang kudu digapai
dengan penuh perjuangan, lantas apa yang istimewa dari bulan ini? Tentunya selain
yang sudah diulas diatas, masih banyak keistimewaan lain yang bisa di dapat. Nah
untuk yang satu itu, silahkan sobat semua mencari referensi yang lebih shahih
sumbernya.
Lebih dekat dengan Tuhan
Terkadang kita hanya
membicarakan makanan saja ketika berpuasa, tadi sahur dengan apa terus nanti
pas berbuka puasa menunya apa? Sayang sekali bukan? Toh pada akhirnya, makanan
yang sudah seabreg-abreg dikumpulkan itu hanya bisa masuk kedalam perut barang
satu hingga dua piring saja. Selebihnya hanya akan menjadi penghias meja makan.
Kalau pun dipaksakan untuk masuk, pada akhirnya hanya akan keluar lagi. Baik itu
lewat belakang (tau sendiri kan maksudnya?), maupun keluar seketika via yang
depan. Ada pula yang kerjanya nongkrong seharian, ngabuburit bahasa sundanya
mah. Diam bermalas-malasan di rumah, atau menangkring ria di mall-mall. Ah,
lagi-lagi sayang sekali. Moment luar biasa ini terbuang percuma.
Yang luar biasa adalah
ketika kita semakin mendekatkan diri kepada Yang Maha Esa. Banyak cara yang
bisa dilakukan untuk mencapainya. Kita bekerja dengan penuh semangat, belajar
bagi mereka para pelajar dan berbagai aktivitas lainnya yang tentunya membangun.
Ketika kita bekerja sepenuh hati, berkarya semaksimal mungkin, meski raga ini
lelah, lalu menemui Tuhan dalam sujud. Sejenak Basuhlah wajahmu dan sucikan
jasadmu dengan air wudhu, niscaya engkau akan kembali bugar. Dan Tuhan pun akan
menemuimu dalam jarak yang seintim-intimnya. Engkau merasa hangat dalam
pelukannya, akrab berdialog dengannya, dan itulah saat dimana Tuhan begitu
dekat. Hal itu bisa kita jumpai pada bulan ini, Ramadhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar