![]() |
#1.
Suatu malam di sebuah angkot.
"Bu punten ongkosna
kirang?" tanya kondektur pada seorang penumpangnya.
Bukannya menjawab, si ibu yang satu
ini malah diam. Acuh tak acuh seolah tak mendengar apa yang dikatakan oleh pak
kondektur. Tak lama berselang si kondektur kembali berucap.
“Bu bade kamana? Punten ongkosna
kirang bu! Sarebu deui kirangna?” dan kembali ibu-ibu paruh baya berbadan
tambun itu, seolah tak mendengar sepatah kata pun yang tertuju padanya.
Sang kondektur tak patah arang, dia
kembali mencoba untuk menagih kekurangan ongkos hingga tiga kali. Dan ajaibnya
si ibu yang ditagih itu tak bergeming, merasa tak ada suatu hal apapun yang
mengusik dirinya, sehingga kokoh membatu.
Merasa diabaikan, kekesalan pun
alhasil meluap dari mulut sang kondektur.
“Ari teu boga duit mah, ngomong atuh
bu! Ulah cicing teu puguh jiga anu cacingeun, da basa mah teu kudu meuli!”
“Ari ngomong mah kan ngeunaheun kana
ceulina, naon hesena ngomong teu boga duit? Da urang oge moal nepi ka maksa ibu
kudu mere ongkos pas, ari bener teu boga duit mah!”
“Hade gorengna jalma ku basa bu, da
basa mah teu meuli!”
Hingga sampai ketempat yang dituju,
ibu-ibu paruh baya tersebut tak bereaksi barang sedikit pun. Sama sekali tidak.
Hanya memasang wajah kusam dengan menajamkan bibirnya hingga menyerupai paruh
burung pelatuk.
#2.
Setibanya di rumah sepulang sekolah,
seorang gadis muda bau kencur berinisial “Y” segera sibuk mengganti seragam
sekolahnya. Dia asyik memilah dan memilih kostum yang cocok untuk dikenakan
siang itu, saking sibuknya sampai-sampai ia melupakan urusan perut yang sedari
matahari naik tepat di atas ubun-ubunnya, sudah meraung-raung menagih jatah.
“Neng mau kemana? Sibuk amat ngurusin
baju, makan dulu sana gih!” lontar ibunya ketika melihat anak bidadari semata
wayangnya tenggelam dalam tumpukan demi tumpukan baju.
“Mau bimbel mah, udah kesiangan nech!
Makannya nanti aja dech?”
Sang ibu hanya bisa menggelengkan
kepala, bingung dengan polah anaknya.
“Ya pokoknya mau bimbel kek, atau mau
apa kek, makan dulu sana?”
Tak mau ambil pusing, setelah
mendapatkan pakaian yang pas untuk dipakai, segera saja si gadis tunggang
langgang meninggalkan rumahnya.
“Mah berangkat dulu ya? Daaaah.”
Ibunya hanya bisa melongo, lalu
kemudian berteriak.
“Hati-hati di jalan, awas lho jangan
main gak karuan! Kalo bimbel, ya bimbel aja. Gak usah pake acara main dulu!”
Dua jam kemudian, tersiar kabar bahwa
putri semata wayangnya mengalami kecelakaan lalu lintas. Dia mengalami gegar
otak dan segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, akibat motor tunggangannya yang
dipacu sangat tinggi bertabrakan dengan pengendara motor lainnya yang tak kalah
ugal-ugalannya. Usut punya usut ternyata si gadis bukanlah hendak pergi bimbel,
tapi bermaksud jalan-jalan dengan sang pacar.
#3.
Melihat gumpalan awan cumulonimbus
dihadapan pesawat yang ketebalannya diprediksi mencapai beberapa kilometer
sehingga sukar untuk ditembus serta membahayakan, sang pilot dan co-pilot
segera bersikap.
“Co-pilot tolong beritakan pada Air
Traffic Controller bahwa pesawat kita akan turun hingga ketinggian 6000 kaki?”
pinta sang pilot kepada co-pilot.
Tak menunggu lama, co-pilot segera
meretas komunikasi dengan ATC Bandara Soekarno-Hatta.
“Break-break, ATC point 1. Kami penerbangan
SSJ-002 mohon ijin untuk menurunkan ketinggian pesawat hingga ke angka 6000
kaki. Mohon konfirmasi segera?”
Dalam hitungan waktu lima hingga lima
belas menit, tak ada respon dari ATC. Co-pilot pun mengulang permintaan yang
sama.
“Break-break, ATC point 1. Kami penerbangan
SSJ-002 mohon ijin untuk menurunkan ketinggian pesawat hingga ke angka 6000
kaki. Mohon konfirmasi segera?”
Hingga upaya ketiga kalinya,
penerbangan perdana flight joy dari Halim Perdana Kusuma menuju Pantai Selatan
di bumi Sukabumi tak mendapat respon sedikit pun dari ATC. Sementara
arak-arakkan awan sudah didepan mata dan tak bisa menunggu lama lagi untuk
mengambil keputusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar