#1
Nada
dering menyalak, sebuah pesan singkat terpampang di layar ponsel bo’i.
“Woi
gan, tolong bikinin surat keterangan kalo gua itu salah satu pengurus
organisasi antah-berantah ini ya?”
“Segera
gan kirim ke emailurang@computerbutut.com,
penting nih buat persyaratan beasiswa.”
Bo’i
langsung merespon, karena kebetulan sedang melamun ria di sela istirahat
kerjanya.
Sepulang
kerja, karena lelah, bo’i lupa membuat surat keterangan yang diminta oleh
peyang. Malah pulas tertidur sambil mengorok.
Esok
hari bo’i kembali beraktivitas sebagaimana biasanya. Kemudian, tit-tot-tit-tot,
nada dering ponsel bo’i bersahutan.
“Hei
gan, mana surat yang gua minta? Kok belon ada di email?”
Karena
sedang berkutat dengan pekerjaannya yang membludak, bo’i gak banyak
berkomat-kamit ria.
“Waduh,
coba minta ke si bontot, bro. Si gue nya lagi sibuk nih?”
“Waaah
gimana sih? Gua udah nunggu-nunggu nih! Mepet waktunya?” “Coba bilang dari
kemarin, kalo lu sibuk? Kan gua gak bakalan repot kayak gini!” balas peyang
dengan darah yang mulai naik ke ubun-ubun, karena takut tak mendapatkan apa
yang diminta.
“Udah
ah, lagian lu kebiasaan bro! Kalo minta apa-apa ntu suka mendadak. Kita juga
kan kagak nganggur sepenuh hari. Liat sikon juga dong?”
“Ah
elu mah bo’i, kagak nganggap gua! Jangan mentang-mentang gua lebih muda
ketimbang elu bo’i, jadi nyepelein gitu!”
“Ya
udah, sekarang mah, lu bikin sendiri aja bro? Gak usah melebar kesana-kesini.
Dah ah.”
“Waaah gak bisa gitu bo’i? Lu
seenaknya aja. Minimal harus ada usaha bo’i. Ngasih tau ke si bontot kek?”
“Ya, ya, ya. Ok bro! Siap gerak!”
“Ah elu, ngeles aja!”
Dan, bo’i pun malah asyik dengan
pekerjaannya ketimbang membantu si peyang. Sementara si peyang bingung tak
tentu arah.
#2
Ping...
BBM dinda berbunyi.
“Din,
kemana aja kamu? Kok jarang ikut?” celetuk Ike via BBm.
Belum
juga selesai mengetik pesan balasan, ike kembali mengirim pesan.
“Itu tanggung jawab kamu gimana?
Datang rapat aja sulitnya minta ampun, lha ini pekerjaan kamu mau diapain?”
Membaca pesan itu, dinda kehilangan
seleranya untuk membalas pesan yang dikirim oleh ike.
“Nanya dulu kabar kek, cari tau
kondisi gue kek, bukannya langsung ngomel-ngomel gak karuan!” gerutu dinda
dalam hati.
Dinda dan ike memang teman satu
organisasi, namun karena tuntutan ekonomi dan harus membiayai kuliah sendiri,
membuat dinda jarang eksis di organisasi pink berry club. Dinda lebih fokus
pada kuliah sembari mencari pundi-pundi rupiah. Posisi dinda memang dibawah
komando ike, sehingga dinda harus mempertanggung jawabkan hasil kerja sekbidnya
pada ike. Namun nampaknya komunikasi antara mereka berdua kurang terjalin
dengan baik.
Beberapa hari berselang.
“Sabtu sore nanti, kita ada rapat.
Aku gak mau tau, pokoknya kamu harus hadir!” Sewot ike dalam pesan BBM nya. Dan
alih-alih mengikuti rapat yang digulirkan, dinda malah menikmati waktu
senggangnya di rumah.
#3
Seorang direktur sebuah bank sedang
meninjau proyek pembangunan gedung untuk kantor cabang barunya, dia ditemani
kepala cabang setempat beserta koordinator wilayah.
“Purwakarta punya potensi besar bos,
perputaran dana di kota kecil ini mencapai 3 triliun setiap minggunya.” Seloroh
frans, pada bos nya.
“Kamu tahu darimana frans?” timpal
sang bos.
“Tentu
saja hasil kemarin meeting dengan beberapa kepala cabang dari bank kompetitor,
waktu membahas naiknya angka kredit macet di kota ini.”
Lalu
ketiga orang tersebut sibuk memperhatikan setiap detail ruangan di gedung baru
tersebut.
“Kerjamu
bagus frans. Dalam kurun waktu enam bulan, kamu berhasil mengubah gudang butut
ini menjadi tempat yang pantas untuk dinamakan sebagai kantor.”
Frans
sumingrah, merasa diatas angin atas pujian dari bosnya itu.
“Terima
kasih bos, tentunya ini berkat advice bos pula. Sehingga gedung ini cepat
selesai.”
“Tinggal
kita mempersiapkan sumber daya manusianya saja bos, yang handal dan cekatan
dalam bekerja.” Timpal sang korwil ikut meramaikan suasana.
Lalu
ketiga orang itu naik ke lantai ke dua serta lantai ketiga.
Merasa
kerja kerasnya terpakai, kemudian frans mulai bercanda dalam setiap pembicaraannya
dengan sang bos.
“Bos,
ini ruangan bagus juga designnya. Apalagi jika dipakai untu tempat SPA, pasti
ramai pengunjung.”
Mendengar
perkataan tersebut, sang bos langsung terdiam. Dia menampakkan wajah yang
kurang sedap untuk dipandang, namun tanpa kata-kata.
Beberapa
hari kemudian, sebuah isu mengejutkan terdengar diseantero kantor cabang baru
tersebut. Kabarnya frans dimutasikan ke cabang lain, dan gagal lah ia menjadi
kepala cabang yang baru.
*****
Apa
yang bisa sobat pelajari dari cerita tadi diatas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar