Selasa, 24 Juli 2012

Ngomong yang bener dong?!




#1
Nada dering menyalak, sebuah pesan singkat terpampang di layar ponsel bo’i.
“Woi gan, tolong bikinin surat keterangan kalo gua itu salah satu pengurus organisasi antah-berantah ini ya?”
“Segera gan kirim ke emailurang@computerbutut.com, penting nih buat persyaratan beasiswa.”
Bo’i langsung merespon, karena kebetulan sedang melamun ria di sela istirahat kerjanya.
“Sipz bro, ntar malem Insya Allah gua bikinin. Soale gie gawe uy.”
Sepulang kerja, karena lelah, bo’i lupa membuat surat keterangan yang diminta oleh peyang. Malah pulas tertidur sambil mengorok.
Esok hari bo’i kembali beraktivitas sebagaimana biasanya. Kemudian, tit-tot-tit-tot, nada dering ponsel bo’i bersahutan.
“Hei gan, mana surat yang gua minta? Kok belon ada di email?”
Karena sedang berkutat dengan pekerjaannya yang membludak, bo’i gak banyak berkomat-kamit ria.
“Waduh, coba minta ke si bontot, bro. Si gue nya lagi sibuk nih?”
“Waaah gimana sih? Gua udah nunggu-nunggu nih! Mepet waktunya?” “Coba bilang dari kemarin, kalo lu sibuk? Kan gua gak bakalan repot kayak gini!” balas peyang dengan darah yang mulai naik ke ubun-ubun, karena takut tak mendapatkan apa yang diminta.
“Udah ah, lagian lu kebiasaan bro! Kalo minta apa-apa ntu suka mendadak. Kita juga kan kagak nganggur sepenuh hari. Liat sikon juga dong?”
“Ah elu mah bo’i, kagak nganggap gua! Jangan mentang-mentang gua lebih muda ketimbang elu bo’i, jadi nyepelein gitu!”
            “Ya udah, sekarang mah, lu bikin sendiri aja bro? Gak usah melebar kesana-kesini. Dah ah.”
            “Waaah gak bisa gitu bo’i? Lu seenaknya aja. Minimal harus ada usaha bo’i. Ngasih tau ke si bontot kek?”
            “Ya, ya, ya. Ok bro! Siap gerak!”
            “Ah elu, ngeles aja!”
            Dan, bo’i pun malah asyik dengan pekerjaannya ketimbang membantu si peyang. Sementara si peyang bingung tak tentu arah.

#2
Ping... BBM dinda berbunyi.
“Din, kemana aja kamu? Kok jarang ikut?” celetuk Ike via BBm.
            Belum juga selesai mengetik pesan balasan, ike kembali mengirim pesan.
            “Itu tanggung jawab kamu gimana? Datang rapat aja sulitnya minta ampun, lha ini pekerjaan kamu mau diapain?”
            Membaca pesan itu, dinda kehilangan seleranya untuk membalas pesan yang dikirim oleh ike.
            “Nanya dulu kabar kek, cari tau kondisi gue kek, bukannya langsung ngomel-ngomel gak karuan!” gerutu dinda dalam hati.
            Dinda dan ike memang teman satu organisasi, namun karena tuntutan ekonomi dan harus membiayai kuliah sendiri, membuat dinda jarang eksis di organisasi pink berry club. Dinda lebih fokus pada kuliah sembari mencari pundi-pundi rupiah. Posisi dinda memang dibawah komando ike, sehingga dinda harus mempertanggung jawabkan hasil kerja sekbidnya pada ike. Namun nampaknya komunikasi antara mereka berdua kurang terjalin dengan baik.
            Beberapa hari berselang.
            “Sabtu sore nanti, kita ada rapat. Aku gak mau tau, pokoknya kamu harus hadir!” Sewot ike dalam pesan BBM nya. Dan alih-alih mengikuti rapat yang digulirkan, dinda malah menikmati waktu senggangnya di rumah.

#3
            Seorang direktur sebuah bank sedang meninjau proyek pembangunan gedung untuk kantor cabang barunya, dia ditemani kepala cabang setempat beserta koordinator wilayah.
            “Purwakarta punya potensi besar bos, perputaran dana di kota kecil ini mencapai 3 triliun setiap minggunya.” Seloroh frans, pada bos nya.
            “Kamu tahu darimana frans?” timpal sang bos.
“Tentu saja hasil kemarin meeting dengan beberapa kepala cabang dari bank kompetitor, waktu membahas naiknya angka kredit macet di kota ini.”
Lalu ketiga orang tersebut sibuk memperhatikan setiap detail ruangan di gedung baru tersebut.
“Kerjamu bagus frans. Dalam kurun waktu enam bulan, kamu berhasil mengubah gudang butut ini menjadi tempat yang pantas untuk dinamakan sebagai kantor.”
Frans sumingrah, merasa diatas angin atas pujian dari bosnya itu.
“Terima kasih bos, tentunya ini berkat advice bos pula. Sehingga gedung ini cepat selesai.”
“Tinggal kita mempersiapkan sumber daya manusianya saja bos, yang handal dan cekatan dalam bekerja.” Timpal sang korwil ikut meramaikan suasana.
Lalu ketiga orang itu naik ke lantai ke dua serta lantai ketiga.
Merasa kerja kerasnya terpakai, kemudian frans mulai bercanda dalam setiap pembicaraannya dengan sang bos.
“Bos, ini ruangan bagus juga designnya. Apalagi jika dipakai untu tempat SPA, pasti ramai pengunjung.”
Mendengar perkataan tersebut, sang bos langsung terdiam. Dia menampakkan wajah yang kurang sedap untuk dipandang, namun tanpa kata-kata.
Beberapa hari kemudian, sebuah isu mengejutkan terdengar diseantero kantor cabang baru tersebut. Kabarnya frans dimutasikan ke cabang lain, dan gagal lah ia menjadi kepala cabang yang baru.  
*****
Apa yang bisa sobat pelajari dari cerita tadi diatas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar