Senin, 30 Juli 2012

Hewan pun berKasih-Sayang



            Tiga hari kebelakang, si babeh membeli seekor ayam kampung betina. Dia beri nama si peyang, karena warna bulunya yang cokelat namun pudar coraknya. Ayam itu dibeli untuk menggantikan beberapa ekor anak ayam yang raib entah kemana. Kemungkinan disantap musang yang gemar mengkonsumsi dagingnya. Memang beberapa hari sebelumnya, terlihat tiga ekor musang yang main kucing-kucingan dengan ayam berikut kelinci yang ada di rumah. Nahas si anak ayam jadi korban, sementara yang lainnya selamat serta sehat walafiat.

Si peyang dibeli dari tetangga sebelah rumah. Namun selepas transaksi jual beli dilakukan, si peyang enggan balik ke rumah si empu sebelumnya. Mungkin dia merasa sudah mempunyai juragan baru, sehingga sikapnya pun berubah. Suatu hari si peyang dikejar-kejar pejantan yang tengah beranjak dewasa dan harus menyalurkan hasrat biologisnya alias lagi puber (emang manusia? He), dia malah lari tunggang langgang kedalam rumah dan mencari si babeh. Mungkin si peyang hendak minta tolong dari beringasnya si pejantan (alamaak). Tak hanya itu, makin hari diperhatikan si peyang seperti keluarga baru saja. Dia keluar masuk rumah seenaknya tanpa permisi coba? Hmmmm.
 Tak hanya si peyang yang kelakuannya macam bocah ingusan, di rumah ada empat ekor kelinci lokal hasil silangan dengan kelinci asutralia. Mereka berinisial ‘delang, simon, kadas dan kaus kaki.’ Kelinci ini sisa-sisa dari peternakan kelinci kepunyaan penulis yang sebagian sudah ludes terjual habis (best seller), namun anehnya mereka belum berkembang biak kembali (infertilitas kali ya?). Delang dan kawan-kawan juga memiliki tabiat yang unik, beda dengan kelinci pada umumnya yang liar dan kurang bersahabat dengan manusia termasuk si empunya. Si delang dkk juga rajin keluar masuk rumah. Begitu pintu rumah terbuka, mereka hilir mudik kayak angkot saja. Memang kelinci-kelinci yang ada di rumah, sering penulis lepaskan dari kandang dari pukul 7 pagi nyampe pukul 4 sore. Alasannya biar gak penyakitan seperti kelinci pada umumnya yang sering kena panyakit kulit jika di kurung di dalam kandang melulu.
Si delang dan kawan-kawan punya jadwal tetap keluar dari rumah, inilah uniknya. Setelah seharian mereka berkeliaran di halaman rumah, hingga menyambangi kebun milik tetangga, mereka suka pulang sendiri kerumah. Otomatis lho, tanpa perlu kita cari. Jika pun harus dicari, mereka tak sukar untuk ditangkap. Kecuali yang hendak menangkapnya orang tak dikenal. Mereka pasti ngibrit pake jurus seribu kaki, kabur dari si orang asing. Mungkin takut diculik kali ya? He.
Dulu sewaktu penulis masih makan bangku sekolah dasar, almarhum kakek hobi memelihara hewan. Baik itu yang umum menjadi peliharaan manusia, hingga hewan yang tak lazim di miliki. Penulis masih ingat jika dahulu kakek mempunyai anak macan (meong bahasa sundanya mah), musang dan elang putih. Uniknya hewan liar yang sejatinya buas ini, justru ramah lho. Bahkan mereka tak memakan daging laiknya binatang liar di alam bebas, malah rajin minum susu dan makan roti tawar isi kornet atau keju. Nah, nah, nah.
Hewan-hewan yang ada di rumah itu, dekat dengan pemiliknya. Tak lagi buas dan malah suka bercengkrama dengan memeluk kita, diam di dekat kaki, hingga ikut jalan-jalan jikalau si kakek keluar dari rumah. Luar biasa bukan? Hewan pun punya rasa, mereka ingin disayangi dan bahkan menyayangi si empunya pula. Meskipun asal muasalnya adalah makhluk liar yang cenderung buas dan berbahaya. Hmmmm tapi kenapa ya manusia jaman sekarang malah lebih buas daripada hewan? Saling gontok-gontokkan, bahkan tak sungkan lagi untuk mengambil nyawa orang lain. Hanya karena persoalan sepele, “perut.”  Masya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar